Belajar....Berlatih...Amalkan...!!!

Belajar....Berlatih...Amalkan...!!!
Kobarkan Semangat Berlatih WUJUDKAN UNTUK BERKARYA...BERBAKTI...DAN BERPRESTASI

Kamis, 30 Desember 2010

KEPEMIMPINAN

Pendahuluan
Dalam bahasa Inggris, pemimpin disebut leader dari akar kata to lead. Dalam kata kerja itu terkandung beberapa arti yang saling berhubungan erat: bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengmbil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran/pendapat orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Dengan demikian, seorang pemimpin adalah seorang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran/pendapat/tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Pemimpin sering juga disebut dengan berbagai nama: penghulu, pemuka, pelopor, pengarah, pembimbing, penuntun, dan penggerak.


Jenis-jenis pemimpin
Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi. Oleh karena itu, kita dapat memandangnya dari berbagai sudut: cara pengangkatannya, keresmian kedudukannya, kemampuannya, gaya kepemimpinannya. Dari perbedaan sudut pandang itu kita dapat mengelompokkan pemimpin menjadi beberapa jenis:

Pemipin keturunan – Pemimpin paksaan
Seseorang dapat menjadi pemimpin dengan berbagai cara. Ada yang karena keturunan seperti raja-raja zaman dahulu atau kiai di pesantren. Ada yang karena dipilih menurut aturan pemilihan tertentu, seperti Presiden. Ada yang ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi, seperti kepala kantor di Indonesia. Ada yang begitu saja tumbuh menjadi pemimpin, seperti kebanyakan pemimpin informal dalam masyarakat pedesaan. Ada yang karena dipaksa oleh keadaan yang mendesak, seperti para tokoh kemerdekaan di pelbagai negara ketika terjadi perebutan kekuasaan.

Pemimpin resmi – pemimpin tidak resmi
Pemimpin resmi adalah pemimpin yang menduduki kursi kepemimpinan yang termasuk dalam suatu lembaga tetap dalam masyarakat. Presiden, menteri, gubernur, kepala desa, adalah contoh pemimpin resmi dalam megara Indonesia. Mereka ini mempunyai nama jabatan dan tugas tanggung jawab yang sudah dirumuskan dengan tegas. Sedangkan pemimpin tidak resmi adalah pemimpin yang tidak menduduki suatu tempat tertentu dalam kerangka struktur kemasyarakatan. Mereka ini tidak memiliki nama jabatan serta tidak dibebani tugas dan tanggung jawab yang jelas. Namun daya kepemimpinannya terasa dalam peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang penting. Mereka mampu menggerakkan dan mengarahkan kegiatan sekelompok orang tertentu untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita bersama.

Pemimpin ideologis – pemimpin eksemplaris
Kepemimpinan menyangkut tiga hal pokok: tujuan dan cita-cita, organisasi kerja, dan kepribadian. Dalam diri seorang pemimpin ketiga hal itu harus ada. Namun, ketiga unsur itu tidk harus memiliki kekuatan yang sama. Ada yang disebut sebagai pemimpin ideologis. Pemimpin jenis ini mungkin tidak ahli dalam menyusun rencana kerja dan pelaksanaannya. Mungkin juga dia tidak memiliki pribadi yang mengesankan. Namun, dia dianugerahi pikiran yang hidup. Otaknya penuh dengan gagasan-gagasan yang bagus. Dia kaya dengan visi yang tinggi-tinggi. Dan, hebatnya lagi, dia mampu merumuskan gagasan dan visi itu secara tepat dan dapat mengkomunikasikannya kepada para pengikutnya dengan cara yang memikat. Melalui gagasan dan visinya itu pemimpin ideologis dapat mempengaruhi dan menggerakkan para pengikutnya. Bahayanya, pemimpin seperti ini mungkin dapat berbicara tentang hal-hal yang muluk dengan cara yang menarik, namun pada umumnya dia tidak mampu membantu para pengikutnya untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. Pemimpin jenis ideologis ini perlu didampingi oleh pembantu-pembantu yang mampu menangkap gagasan-gagasan dan visi si pemimpin serta menyusun rencana kerja yang sesuai untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut.

Ada juga pemimpin organisatoris. Pemimpin jenis ini mungkin hanya mempunyai pikiran-pikiran yang sederhana dan tidak fasih berbicara. Tetapi dia pandai menggerakkan orang melalui kecakapan organisatorisnya. Dia dapat menyusun rencana kerja yang jitu. Dia dapat mengatur kerja sama yang efisien. Dia dapat menolong mereka yang ada di bawah pimpinannya mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Berkat kecakapan organisatorisnya, pemimpin ini berhasil menyatukan dan menggerakkan orang. Bahayanya, pemimpin jenis ini dapat menjadi sedemikian sibuk dengan organisasi, administrasi dan hasil kongkrit yang mau dicapai bersama sehingga melupakan faktor manusia dan dimensi yang lebih luas dari tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Pemimpin organisatori perlu didampingi dengan penasihat yang dapat menjadi sumber inspirasi dan yang dapat menunjukkan secara lebih luas dan mendalam segi-segi yang terkandung dalam tujuan dan cita-cita bersama itu.

Pemimpin karismatik. Pemimpin jenis ini mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadinya. Entah apa sebabnya, kehadirannya selalu menimbulkan pesona. Ada yang selalu menarik pada dirinya. Karena tertarik kepada pribadinya, orang mudah mengikutinya, mendengarkan nasihatnya dan mentaati perintahnya. Bahayanya, karena para pengikutnya lebih tertarik kepada pribadinya daripada apa yang dikerjakannya demi tercapainya tujuan dan cita-cita bersama, usaha bersama mudah menyimpang dari tujuan semula. Pemimpin jenis ini membutuhkan pendamping yang dapat menjadi sumber gagasan dan pengatur kerja dari usaha bersama itu.

Pemimpin eksemplaris. Pemimpin jenis ini mungkin tidak memiliki gagasan-gagasan yang hebat, daya penggerak masa yang dahsyat atau daya tarik pribadi yang aduhai. Tetapi di memiliki citra hidup yang menjadi sumber pengaruh dan penggerak yang tidak dapat diragukan. Pemimpin ini mampu menciptakan irama dan gaya hidup yang mengesankan. Dengan menyaksikan gaya hidup pemimpin itu, orang lain merasa tergerak, ditarik dan dibuat semangat, bukan menuju ke pribadi pemimpin itu melainkan kepada nilai yang dihayatinya dan cita-cita yang melandasi hidupnya. Dengan praktek hidupnya, diam-diam orang itu mengajak orang lain untuk menghayati dan mengejar nilai dan cita-cita hidup yang bukan sembarangan. Dengan teladan hidupnya, dia menjadi sumber dorongan dan semangat bagi orang-orang lain. Pemimpin eksemplaris, pemimpin teladan, memimpin orang lain dengan hidupnya sendiri.
Idealnya, setiap pemimpin harus memiliki keempat ciri itu. Setiap pemimpin harus mampu mempersatukan keempat jenis kepemimpinan itu dalam dirinya. Tetapi, dalam kenyataannya, hal yang ideal itu belum tentu dapat terpenuhi. Oleh karena itu, apapun jenis seorang pemimpin, dia harus menyadari kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Dia harus memanfaatkan apa yang baik dalam dirinya demi tujuan dan cita-cita bersama. Namun sementara itu, dia harus sadar akan kekurangannya dan harus melengkapi apa yang kurang dalam dirinya itu.

Pemimpin otokratis – pemimpin demokratis
Agar dapat menjalankan tugasnya setiap pemimpin diberi wewenang atau kekuasaan. Berdasarkan wewenang itu seorang pemimpin dapat membimbing, mengantar, mengarahkan, menyatukan dan menggerakkan para pengikutnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama. Perbedaan cara penggunaan wewenang ini menciptakan gaya kepemimpinan yang berlainan. Pada dasarnya, kita mengenal tiga gaya kepemimpinan: gaya otokratis, liberal, dan demokratis.
Gaya kepemimpinan otokratis. Dalam usaha membawa para pengikutnya ke tujuan dan cita-cita bersama, pemimpin dapat memegang kekuasaan yang ada pada tangannya secara mutlak. Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Termasuk dalam gaya ini adalah pemimpin yang:
• Mengatakan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh para pengikutnya. Inilah gaya pemimpin diktator. Yang dilakukan oleh pemimpin yang mengambil gaya ini hanyalah memberi perintah, aturan, larangan. Para pengikutnya harus tunduk, taat, melaksanakan tanpa banyak pertanyaan. Dalam gaya ini, mereka yang dipimpin dibiasakan setia kepada perintah dan dengan tekun menjalankannya. Gaya kepemimpinan ini hanya baik untuk situasi di mana keadaan betul-betul kritis, di mana keselematan mereka yang dipimpin berada di bawah kekuasaan orang yang memimpin. Gaya ini hanya baik untuk situasi yang kacau demi pulihnya tata kehidupan yang aman.
• Menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok yang dipimpinnya. Inilah gaya kepemimpinan seorang presiden direktu dalam perusahaan besar. Menurut gaya ini pemimpin merumuskan masalahnya serta menyodorkan cara pemecahannya sekaligus. Biasanya, gagasan yang baik dan program kerja yang dirasa menguntungkan akan disambut dengan semangat. Tetapi kalau gagasan itu dirasa tidak baik dan program kerjanya dapat mendatangkan suatu kerugian, bawahan akan menolaknya. Seandainya mereka terpaksa harus menerimanya, biasanya mereka akan menjalankannya dengan setengah hati.
Gaya kepemimpinan liberal. Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta cara pemecahannya. Dia mebiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba menari cara pemecahannya. Gaya ini bertolak belakang dengan gaya otokratis. Dalam gaya ini, tugas pemimpin sekedar menjaga agar mereka yang dipimpinnya berbuat sesuatu. Terserah mereka apa yang mau dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan benar-benar tahu apa tujuan dan cita-cita bersama yang harus mereka capai. Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk tujuan bersantai bersama, seperti dalam malam keakraban yang tidak meminta tanggung jawab besar.
Gaya kepemimpinan demokratis. Gaya ini menciptakan suasana yang demokratis. Dalam gaya ini, pemimpin berusah membawah mereka yang dipimpin menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejawat yang sejajar. Di sini, batas pemimpin dan bawahan menjadi kabur. Di sini, orang diberi tempat yang sederajat. Termasuk ke dalam gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin yang:
• Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Orang yang dipimpin itu bebas untuk menggarapnya: merubah, menambah, menyempurnakan. Pemimpin sendiri dengan senang hati menerima usula dan saran mereka. Berdasarkan saran-saran itu, masalah dan cara pemecahannya dirumuskan secara baru. Apabila semua sudah setuju, pemimpin baru merumuskan masalah dan cara pemecahan itu secara definitif.
• Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk bersama merumuskan masalah dan cara pemecahannya. Dalam gaya ini , pemimpin hanya meras bahwa ada masalah dalam kegiatan bersama yang perlu ditangani. Tetapi dia sendiri belum melihat secara jelas. Untuk dapat melihat dengan jelas masalahnya dan menemukan cara pemecahan yang jitu, pemimpin mengikutsertakan semua orang yang dipimpinnya. Dalam pembicaraan bersama itu, dirumuskan bersama apa masalahnya dan bagaimana cara memecahkannya. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kegiatan di kalangan orang-orang yang sudah dewasa yang bersifat permanen lagi mengarah ke tujuan dan cita-cita yang tinggi.

Penutup
Pemimpin adalah seorang yang memimpin, dalam arti yang mengarahkan dan menggerakkan para pengikutnya untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama. Pemimpin itu dapat dibedakan dari cara pengangkatannya, statusnya, aspek kepemimpinan yang ditonjolkannya, dan dari cara ia menggunakan kekuasaannya untuk memimpin. Dari cara pengangkatannya dikenal adanya pemimpin keturunan dan pemimpin yang dipilih; dari statusnya, dikenal adanya pemimpin formal dan pemimpin informal; dari aspek kepemimpinan yang ditonjolkan dikenal adanya pemimpin ideologis, pemimpin organisatoris, pemimpin karismatik, dan pemimpin eksemplaris; sedang dari cara penggunaan kekuasaannya, dikenal ada pemimpin otokratis, liberal, dan demokratis.

Lampiran
• Setiap orang adalah pemimpin” demikian kata nabi Muhammad s.a.w. Donald H. Weiss, seorang ahli di bidang manajemen, mengatakan bahwa “setiap orang dapat menjadi pemimpin.”
Perbedaan antara pemimpin dan manajer:
Menurut Heim dan Chapman (1991:5) seorang pemimpin yang baik selalu merupakan manajer yang baik tetapi seorang manajer yang baik belum tentu merupakan pemimpin yang baik. Mereka menyebutkan perbedaan antara seorang pemimpin dan manajer sebagai berikut:
• Seorang manajer yang baik sudah puas dengan hanya mengikuti petunjuk-petunjuk dan saran-saran dari atas. Seorang pemimpin lebih cenderung untuk mempertimbangkan masa depan, dan mengantisipasikan kebutuhan, problem dan masalah sebelum diberitahu bahwa diperlukan tindakan.
• Seorang manajer yang baik bersedia menerima tanggung-jawab. Seorang pemimpin mencari tanggung-jawab.
• Seorang manajer yang efektif mengambil resiko kecil (jika keadaannya menguntungkan). Seorang pemimpin menerima resiko lebih besar jika resiko tersebut mempunyai potensi untuk menghasilkan kemajuan yang lebih besar, dan mengikuti rencana dengan tekad yang lebih besar.
• Seorang pemimpin lebih mempunyai “jiwa wiraswasta” daripada seorang manajer dasar.
• Seorang manajer lebih cenderung untuk menerima tugas-tugas yang enak, sedangkan seorang pemimpin mencari kesempatan yang lebih menantang untuk menunjukkan potensi kepemimpinannya.
• Seorang manajer biasanya menganggap anak buahnya sebagai karyawan. Seorang pemimpin menganggap karyawan sebagai anggota tim dan pengikut.
• Suatu perbedaan pokok antara manajer dan pemimpin adalah sikap. Banyak manajer puas untuk menentukan tujuan-tujuan yang sederhana, menenteramkan orang lain, mencoba menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan dan menggunakan kekuasaan dengan hati-hati. Seorang pemimpin cenderung untuk menentukan tujuan-tujuan yang lebih menuntut (demanding), menantang orang lain, dan menciptakan suatu lingkungan kerja yang lebih dinamis.
(Heim dan Chapman, 1991:4).
Belajar Memimpin.
Binarupa Aksara – Jakarta.
Ciri kepemimpinan yang efektif
Daftar berikut ini, yang belum lengkap, menggambarkan karakteristik yang paling lazim disebutkan ketika orang berbicara tentang kepemimpinan:
• Kemampuan untuk melihat gambar yang menyeluruh (totalitas).
• Kemampuan untuk mengkomunikasikan gambar yang menyeluruh itu kepada orang lain.
• Kemampuan untuk menafsirkan dan mengungkapkan dengan kata-kata yang jelas tentang kebutuhan, aspirasi, dan perasaan kelompok.
• Perhatian dan respek akan kebutuhan aspirasi, perasaan, dan kemampuan di dalam kelompok.
• Kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, aspirasi, dan perasaan kelompok kepada orang-orang di luar kelompok.
• Pengertian akan apa yang orang butuhkan atau inginkan untuk diri mereka sendiri.
• Kemampuan untuk mengilhami orang untuk melakukan apa yang mungkin saja tidak akan mereka lakukan untuk diri mereka sendiri atau untuk orang lain.
• Kemampuan untuk memberikan pengarahan kepada orang lain dan memfokuskan energi orang pada tujuan spesifik sementara mempertahankan semangat yang tinggi di dalam kelompok.
• Antusiasme untuk misi, sasaran, dan standar kelompok.
• Keinginan besar akan perubahan, pertumbuhan, atau peningkatan.
• Energi yang diperlukan untuk menjalankan usaha atau kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar