1.1. Pengertian Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan pertolongan medis dasar. Medis dasar adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh pelaku pertolongan pertama.
Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.
1.2. Tujuan Pertolongan Pertama
b. Menyelamatkan Jiwa penderita
c. Mencegah cacat
d. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
1.3. Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya
b. Dapat menjangkau penderita
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
d. Meminta bantuan atau rujukan
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
1.4. Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama
a. Jujur dan bertanggung jawab
b. Berlaku profesional
c. Kematangan Emosi
d. Kemampuan bersosialisasi
e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi
f. Kondisi fisik baik
g. Mempunyai rasa bangga
1.5. Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama
Alat Pelindung Diri :
a. Sarung Tangan Lateks
b. Kacamata Pelindung
c. Baju Pelindung
d. Masker Penolong
e. Masker resusitasi
f. Helm
Peralatan pertolongan pertama:
a. Penutup luka : Kasa Steril dan Bantalan Kasa
b. Pembalut : Gulung, segitiga, tabung dan rekat
c. Cairan Antiseptik
d. Cairan Pencuci mata
e. Peralatan stabilisasi : Bidai, papan spinal panjang dan pendek
f. Gunting pembalut
g. Pinset
h. Senter
i. Kapas
j. Selimut
k. Kartu penderita
l. Alat tulis
m. Oksigen
n. Tensimeter dan stetoskop
o. Tandu
ANATOMI DAN FAAL DASAR
2.1. Pengertian
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh atau juga dikenal dengan ilmu urai. Fisiologi atau faal tubuh adalah ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
2.2. Bagian Tubuh
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi:
1. Kepala
Terdiri dari : Tengkorak, wajah dan rahang bawah
2. Leher
3. Batang tubuh
Terdiri dari : Dada, perut, punggung dan panggul
4. Anggota gerak atas
Terdiri dari: Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan
5. Anggota gerak bawah
Terdiri dari : Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki dan kaki
2.3. Rongga Tubuh
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat didalam tubuh, yaitu:
1. Rongga Tengkorak
2. Rongga Tulang Belakang
3. Rongga dada
4. Rongga perut
5. Rongga panggul
2.4. Tubuh Manusia
Tubuh manusia terbentuk dari unit hidup yang terkecil sampai menjadi bentuk kompleks. Sel adalah bagian terkecil dari mahluk hidup. Kumpulan dari sel-sel yang menyatu dengan bentuk, besar dan fungsi yang sama disebut sebagai Jaringan. Organ adalah kumpulan bermacam jaringan yang bersatu dengan fungsi tertentu. Sistem tubuh adalah susunan dari organ-oragan yang mempunyai fungsi tertentu.
Beberapa sistem pada tubuh manusia:
1. Sistem rangka atau kerangka/skeleton
2. Sistem otot/muskularis
3. Sistem pernapasan/respirasi
4. Sistem peredaran darah/sirkulasi
5. Sistem saraf/nervus
6. Sistem pencernaan/digestif
7. Sistem kelenjar buntu/endokrin
8. Sistem kemih/urinarius
9. Kulit
10. Panca indera
11. Sistem reproduksi
2.5. Sistem Rangka
Pembagian sistem rangka:
1. Tulang Kepala
2. Rangka dada
3. Tulang belakang dan panggul
4. Tulang anggota gerak atas
5. Tulang anggota gerak bawah
Susunan Kerangka:
1. Tengkorak otak
2. Tengkorak Wajah
a. Bagian hidung
b. Bagian rahang
c. Tulang lidah
3. Tulang belakang
a. Tulang leher
b. Tulang punggung
c. Tulang pinggang
d. Tulang kelangkang
e. Tulang tungging
4. Rangka dada
a. Tulang dada
b. Tulang Iga
5. Tulang Panggul
a. Tulang usus
b. Tulang kemaluan
c. Tulang duduk
6. Anggota gerak atas
a. Tulang selangka
b. Tulang belikat
c. Tulang lengan
d. Tulang Hasta
e. Tulang pengumpil
f. Tulang pergelangan tangan
g. Tulang Telapak tangan
h. Tulang jari tangan
7. Anggota Gerak bawah
a. Tulang paha
b. Tulang tempurung lutut
c. Tulang kering
d. Tulang pergelangan kaki
e. Tulang telapak kaki
f. Tulang jari kaki
Fungsi kerangka :
1. Menopang bagian tubuh
2. Melindungi organ tubuh
3. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
4. Memberi bentuk bangunan tubuh
2.6. SistemOtot
Merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 600 otot yang dapat digolongkan menjadi:
1. Otot rangka
2. Otot polos
3. Otot jantung
Susunan otot rangka tubuh :
1. Otot-otot kepala
2. Otot-otot bagian leher
3. Otot-otot bahu
4. Otot-otot dada
5. Otot-otot perut
6. Otot-otot punggung
7. Otot-otot pangkal lengan atas
8. Otot-otot lengan bawah
9. Otot-otot sekitar panggul
10. Otot-otot tungkai atas
11. Otot-otot tungkai bawah
2.7. Sistem Pernapasan
Semua yang berhubungan dengan proses pernapasan dikelompokkan kedalam sistem pernapasan. Proses pernapasan sebenarnya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pernapasan dalam dan pernapasan luar. Pernapasan dalam adalah pertukaran gas yang terjadi di dalam jaringan sedangkan pernapasan luar adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida didalam paru-paru.
Susunan:
1. Saluran napas atas
a. Mulut dan hidung
b. Tekak (Farings)
2. Saluran napas bawah
a. Pangkal tenggorok (Larings)
b. Batang tenggorok (Trakea)
c. Cabang tenggorok (Bronkus)
3. Paru-paru
4. Otot-otot pernapasan
a. Sekat rongga dada
b. Otot dinding dada
c. Otot Bantu napas
5. Alveoli (kantong-kantong udara dalam paru-paru tempat terjadinya pertukaran udara)
6. Otak, sebagai pusat pengaturan pernapasan.
Fungsi :
1. Mengambil oksigen atau O2 untuk diedarkan ke seluruh tubuh sebagai zat pembakar
2. Mengeluarkan karbondioksida/CO2 sebagai sisa pembakaran dan akan dibuang melalui paru-paru.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara (hidung)
Proses pernapasan :
1. Menarik napas (inspirasi atau inhalasi)
2. Menghembuskan napas (ekspirasi atau ekshalasi)
Manusia memerlukan oksigen untuk memeprtahankan kehidupannya dan apabila dalam 4-6 menit tidak mendapatkan oksigen akan menimbulkan kerusakan pada otak dan biasanya menyebabkan kematian sel otak setelah 8-10 menit.
2.8. Sistem Sirkulasi
Sistem peredaran darah terdiri dari:
1. Jantung adalah organ berupa otot dan berbentuk kerucut dengan puncaknya dibawah dan dasarnya diatas.
2. Pembuluh darah:
a. Pembuluh darah nadi (Arteri)
b. Pembuluh darah balik (Vena)
c. Pembuluh darah rambut (Kapiler), mempunyai fungsi sebagai:
Alat penghunbung arteri dan vena
Tempat pertukaran zat antara daran dan cairan jaringan
Mengambil hasil kelenjar
Menyerap zat nutrisi di usus
Menyaring darah di ginjal
3. Darah, berfungsi sebagai:
a. Alat pengangkut:
Mengangkut oksigen dan zat pembakar dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh
Mengangkut CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru
Mengambil zat nutrisi atau makanab dari usus halus keseluruh jaringan tubuh
Mengangkat zat tidak berguna untuk dikeluarkan dari tubuh melalui kulit dan ginjal
b. Pertahanan tubuhn terhadap penyakit dan racun
c. Mengedarkan panas keseluruh tubuh
d. Membantu membekukan darah jika terjadi luka
Komposisi darah:
1. Air 9 %
2. Protein 3%
3. Mineral 0,9%
4. Bahan organic 0,1%
Jumlah darah dalam tubuh berkisar 1/13 kali berat badan atau sekitar 8%.
Darah terdiri dari:
a. Cairan plasma dimana terlarut Zat gizi, zat sampah,dan zat kebal
b. Sel darah merah ( 5 juta /mm³) yang bertugas menghantar oksigen ke seluruh tubuh
c. Sel darah putih (5000 –10.000/mm³) yang bertugas melawan penyakit
d. Keping darah (200.000-400.000/mm³) yang bertugas menyebabkan pembekuan darah apabila terjadi luka
4. Saluran limfe
2.9. Sistem Saraf
Merupakan organ yang berfungsi untuk melakukan koordinasi dan kerjasama dengan bagian tubuh. Sistem saraf mengendalikan seluruh aktivitas tubuhu baik yang diinginkan maupun yang di bawah sadar.
Pembagian sistem saraf:
1. Susunan saraf pusat
a. Otak : Otak besar,otak kecil dan batang otak
b. Bumbung saraf tulang belakang
2. Susunan saraf tepi
a. Susunan saraf somatik
b. Susunan saraf otonom: saraf simpatis dan saraf para simpatis
Fungsi saraf:
a. Sensorik (menerima rangsang) dilakukan oleh organ pancaindera
b. Motorik:
Mengatur tubuh bergerak
Integrasi atau gabungan
Mengendalikan sistem lain tubuh
Mengatur kesadaran, ingatan, bahasa dan emosi
2.10 Sistem Pencernaan
Adalah saluran yang menerima makanan dari luar untuk diserap oleh tubuh dengan jalan dicerna (proses telan, kunyah dan mencampur) dengan bantuan enzim dan zat cair mulai dari mulut sampai anus.
Susunan:
1. Mulut
2. Tekak
3. Kerongkongan
4. Lambung
5. Usus halus: Usus 12 Jari, Jejunum dan Ileum
6. Usus besar: Seikum, kolon asendens, usus buntu, kolon ttranversum, kolon desendens, kolon sigmoid, poros usus, dan anus
Organ getah pencernaan:
a. Kelenjar ludah
b. Kelanjar getah lambung
c. Kelenjar hati
d. Kelenjar pancreas
e. Kelenjar getah usus
2.11 Sistem Endokrin
Kelenjar buntu atau kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya (prodiknya) ke dalam darah dalam jaringan kelenjar tanpa malalui saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Organ-organ endokrin:
1. Kelenjar hipofise
2. Kelenjar tiroid dan para tiroid
3. Kelenjar suprarenal
4. Kelenjar tinus
5. Kelenjar pinealis
6. Kelenjar kelamin
Fungsi:
1. Menghasilkan hormon untuk jaringan tubuh
2. Mengendalikan kerja kelenjar tubuh
3. Merangsang kerja kelenjar tubuh
4. Mengatur metabolisme, oksidasi dan meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
5. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan air
2.12 Sistem Kemih
Merupakan proses penyaringan darah untuk menyerap zat yang digunakan tubuh dan membebaskan dari zat tidak digunakan tubuh.
Susunan:
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Uretra
2.13 Kulit
Lapisan jaringan pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan yang berhubunhan dengan selaput lendir yang melapisi organ-organ lubang masuk.
Susunan:
1. Lapisan kulit ari
2. Lapisan kulit jangat
3. Lapisan kulit bawah
Fungsi:
1. Mencegah cedera mekanik,kimia dan termal
2. Perlindungan terhadap mikro organisme
3. Mempertahankan suhu tubuh
4. Mengatur keseimbangan cairan
5. Alat rangsangan rasa dari luar
6. Alat indera: raba,tekana, suhu dan nyeri
2.14 Pancaindera
a. Indera Penglihatan (mata)
Susunan:
1. Alat Bantu mata (Rongga mata, alis mata, Kelopak mata, air mata, otot mata)
2. bola mata
b. Indera pendengaran (Telinga)
Susunan :
1. Telinga bagian luar
2. Telinga bagian tengah
3. Telinga bagian dalam
c. Indera penciuman (hidung)
Susunan : Saraf olfaktorius dan bulbus olfaktorius
d. Indera pengecap (Lidah)
Susunan : Pangkal lidah, Punggung lidah dan Ujung lidah.
2.15 Sistem Reproduksi
Organ reproduksi membentuk traktus genitalia yang berhubungan dengan traktus urinarius. Pada laki-laki kedua traktus ini berhubungan langsung sedangkan perempuan tidak menyati. Organ reproduksi sebagian besar terletak diluar rongga panggul, pada perempuan terletak pada rongga panggul.
Susunan pada laki-laki:
1.Kelenjar: Testis , Vesika seminalis, Prostat, Bulbouretralis
2.Kelenjar duktuli: Epididimis, Duktus seminalis, Uretra
3.Bangun penyambung: Skrotum,, Fenikulus spermatikus,penis
Susunan pada perempuan:
1. Alat genitalia luar: Tundun, Bibir besar, bibir kecil, klentit, serambi, selaput dara, kerampang.
2. Alat genitalia dalam: Liang kemaluan, rahim,ovarium.
PENILAIAN
Tindakan penilaian terbagi dalam beberapa langkah:
Penilaian Keadaan
Penilaian Dini
Pemeriksaan Fisik
Riwayat penderita
Pemeriksaan berkala atau lanjut
Pelaporan.
3.1. Penilaian Keadaan
Dalam melakukan penilaian keadaan ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu penolong: Bagaimana kondisi pada saat itu? Kemungkinan apa saja yang dapat terjadi? Dan Bagaimana mengatasinya?.
Secara umum tugas seorang penolong saat tiba di lokasi:
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitarnya
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan: nama penolong, organisasi penolong, permintaan izin untuk menolong dari penderita atau orang disekitarnya.
3. Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini bagi penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan/ cedera yang mengancam nyawa
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan
6. Minta bantuan bila dianggap perlu.
3.2. Penilaian Dini
Langkah langkah penilaian dini:
1. Kesan umum: kasus trauma atau kasus medis
2. Memeriksa Respon : Awas, Suara, Nyeri, Tidak Respon (ASNT)
3. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik.
4. Menilai pernapasan: Lihat, Dengar dan Rasakan (LDR) selama 3-5 detik.
5. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan: Penderita respon pada nadi radial dan penderita tidak respon pada nadi karotis
6. Hubungi bantuan
3.3. Pemeriksaan Fisik
Tindakan ini melibatkan panca indera kita berupa:
Penglihatan (Inspeksi)
Perabaan (Palpasi)
Pendengaran (Auskultasi)
Lakukan pemeriksaan secara berurutan. Lihat, bandingkan baru raba.
Pada penderita cedera harus dicari adanya: Perubahan bentuk, Luka terbuka, Nyeri tekan, Bengkak (PLNB)
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan teliti:
1. Kepala (kulit kepala dan tulang tengkorak),Telinga dan hidung, Mata, Mulut
2. Leher
3. Dada
4. Perut
5. Punggung
6. Panggul
7. Anggota gerak bawah dan atas
Tanda vital
Parameter yang dikelompokkan dalam tanda vital adalah :
1. Denyut nadi normal:
Bayi : 120-150x/Menit
Anak : 80-150x/Menit
Dewasa : 60-90x/Menit
2. Frekunsi pernapasan normal:
Bayi :25-50x/Menit
Anak :15-30x/Menit
Dewasa :12-20x/Menit
3. Suhu tubuh normal:37°C
4. Tekanan Darah Normal: (dewasa)
Sistolik :110-140 mmHg
Diastolik:60-90 mmHg
5. Kulit:
Kondisi kulit: Lembab, Kering, Berkeringat
Warna Kulit: biru, Pucat, Merah, Kuning, dan Biru kehitaman.
3.4. Riwayat penderita
Untuk memudahkan dikenal dengan akronim K-O-M-P-A-K
K = Keluhan utama (gejala/tanda)
O = Obat-obatan yang diminum
M = Makanan atau minuman terakhir
P = Penyakit yang diderita
A = Alergi yang dialami
K = Kejadian
3.5. Pemeriksaan berkala
Secara umum pada pemeriksaan berkala harus dinilai kembali:
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali keadaan kulit
5. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa
6. Nilai kembali penatalaksaan penderita
7. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
3.6. Pelaporan
Setelah selesai menangani penderita, apalagi bila penolong melakukannya dalam tugas maka semua pemeriksaan dan tindakan pertolongan harus dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya
Dalam laporan sebaiknya dicantumkan:
Umur dan jenis kelamin penderita
Keluhan utama
Tingkat respon
Keadaan jalan napas
Pernapasan
Sirkulasi
Pemeriksaan fisik yang penting
KOMPAK yang penting
Penatalaksaan
Perkembangan lainnya yang dianggap penting.
BANTUAN HIDUP DASAR DAN
RESUSITASI JANTUNG PARU
Khusus untuk bantuan hidup dasar penderita dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
Bayi (0-1 tahun), Anak (1-8 tahun) dan dewasa (lebih dari 8 tahun)
1. MATI
Mati Klinis tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi. Mati klinis dapar reversible. Penderita mempunyai kesempatan waktu selama 4-6 menit untuk melakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati Biologis kematian sel dimulai terutam sel otak dan bersifat irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung.
(Kecuali berada di suhu ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam atau lebih dan berhasil)
Walau muncul agak lama, ada beberapa yang dapat menjadi pedoman sudah terjadinya kematian pada seseorang. Tanda-tanda ini dikenal sebagai tanda pasti mati, yaitu:
- Lebam Mayat, tanda ini terjadi akibat berkumpulnya darah yang sudah tidak beredar lagi di bagian tubuh yang paling rendah, sebagai akibat gaya tarik bumi. Keadaan ini terjadi 20-30 menit setelah kematian. Terlihat sebagai warna ungu dan kebiruan pada kulit.
- Kaku Mayat, Kaku pada tubuh dan anggota gerak setelah meninggal. Biasanya terjadi antara 1-2 jam kemudian.
- Pembusukan, Proses ini biasanya mulai timbul setelah 6-12 jam setelah kematian. Ditandai dengan bau yang tidak enak dan mayat mengalami pembengkakan.
- Tanda lainnya: cedera mematikan
Jika ditemukan tanda tersebut diatas tidak perlu diadakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Penderita mengalami henti napas dan henti jantung mempunyai harapan hidup lebih baik jika semua langkah dalam rantai penyelamatan/rantai survival dilakukan bersamaan.
Rantai ini diperkenalkan oleh AHA (American Heart Association) yang mempunyai 4 macam rantai sebagai berikut:
1. Kecepatan dalam permintaan bantuan
2. Resusitasi Jantung Paru
3. Defibrilasi
4. Pertolongan Hidup Lanjut
2. BANTUAN HIDUP DASAR
A. Airway Control atau penguasaan jalan napas
B. Breathing Support atau bantuan pernapasan
C. Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan pijatan jantung luar dan menghentikan perdarahan besar.
A. Airway Control
Cara yang dikenal untuk membebaskan jalan napas:
1. Angkat dagu tekan dahi
2. Perasat pendorongan rahang bawah (Jaw Thrust Maneuver)
Membersihkan jalan Napas
1. Posisi Pemulihan
2. Sapuan Jari
Sumbatan Jalan Napas
a. Perasat Heilmich
• Hentakan perut pada penderita dewasa dan anak ada respon
• Hentakan perut pada penderita dewasa dan anak tidak ada respon
• Hentakan dada pada penderita dewasa yang kegemukan dan wanita hamil yang ada respon
• Hentakan dada pada penderita dewasa yang kegemukan dan wanita hamil yang tidak respon
B. Breathing support
Ada beberapa teknik yang dilakukan dalam memberikan bantuan pernapasan:
a. Menggunakan mulut penolong
• Mulut Ke Masker RJP
• Mulut Ke APD
• Mulut Kemulut/hidung
b. Menggunakan alat Bantu (Kantung masker berkatup)
Frekuensi pemberian napas buatan:
Dewasa : 10-12x pernapasan/menit
Anak (1 – 8 th) : 20x pernapasan/menit
Bayi (0 – 1 th) : lebih dari 20x pernapasan/menit
Bayi baru lahir : 40x pernapasan/menit
C. Cirlculatory Support
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari diatas pertemuan lengkung iga kiri dan kanan. Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita:
• Dewasa : 4-5 cm
• Anak dan balita : 3-4 cm
• Bayi : 1,5-2,5cm
3. RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP harus dimulai sesegera mungkin. Tindakan ini merupakan gabungan dari 3 komponen A, B dan C.
Pelaksanaannya terlihat pada skema resusitasi.
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
Pada orang dewasa dikenal 2 rasio yaitu 15:2 per siklus untuk 1 penolong, 5:1 per siklus untuk 2 penolong dan pada bayi hanya dikenal 1 rasio yaitu 5:1per siklus.
PERDARAHAN DAN SYOK
Perdarahan
Perdarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) atau penyakit. Perdarahan yang besar merupakan penyebab syok yang utama. Tubuh manusia memiliki jumlah darah tertentu dan bila sejumlah besar darah hilang maka perfusi akan gagal.
Perdarahan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Perdarahan luar (terbuka)
2. Perdarahan dalam (tertutup)
1. PERDARAHAN LUAR
Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit, yang memungkinkan darah keluar dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut.
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar dibagi menjadi :
1. Perdarahan nadi (arteri) keluar menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena masih kaya dengan oksigen.
2. Perdarahan balik (vena) keluar mengalir berwarna merah gelap
3. Perdarahan rambut (kapiler) keluar merembes perlahan warna bervariasi antara merah terang seperti darah arteri dan merah gelap seperti darah vena.
Perdarahan luar bisa dikendalikan dengan 4 cara sebagai berikut:
1. Tekanan Langsung
2. Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung).
3. Titik tekan (a brakialis dan a femoralis)
4. Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan adalah sbb:
• Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian
• Torniket hanya sebagai alternatif terakhir
• Kompres dingin
2. PERDARAHAN DALAM
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat dikenali, misalnya:
Cedera pada bagian luar tubuh, yang mungkin merupakan petunjuk bagian dalam juga mengalami cedera
Adanya memar disertai nyeri pada tubuh, pembengkakan terutama di atas alat tubuh yang penting
Nyeri, bengkak, perubahan bentuk pada alat gerak
Nyeri tekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar
Muntah darah
Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi
Luka tusuk khususnya pada batang tubuh
Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
Batuk darah
Buang air kecil campur darah
Gejala dan tanda syok
Penatalaksanaan penderita dengan perdarahan dalam:
1. Baringkan penderita
2. Periksa dan pertahankan ABC
3. Berikan oksigen bila perlu
4. Periksa pernapasan dan nadi secara berkala
5. Rawat sebagai syok
6. Jangan memberikan makanan atau minuman
7. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
3. SYOK
Syok terjadi akibat kegagalan salah satu atau beberapa komponen utama sirkulasi baik jantung, pembuluh darah, atau darah itu sendiri.
Penyebab syok:
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. Kehilangan dalam jumlah besar
3. Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang luas sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik.
Tanda-tanda syok:
Nadi cepat dan lemah
Napas cepat dan dangkal
Kulit pucat, dingin dan lembab
Wajah pucat
Mata menunjukkan pada pandangan hampa dan manik mata melebar
Perubahan keadaan mental
Gejala Syok: Mual mungkin disertai muntah, haus, lemah, pusing dan tidak nyaman dan takut.
Penanganan Syok:
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Tidurkan telentang, tinggikan tungkai 20-30 cm jika tidak ada kecurigaan patah tulang tungkai dan tulang belakang.
3. Pakaian penderita longgarkan.
4. Cegah kehilangan panas tubuh dengan memberi selimut penutup.
5. Tenangkan penderita
6. Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
7. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lain jika ada
8. Bila ada beri oksigen sesuai protocol
9. Jangan beri makan atau minum
10. Periksa tanda vital secara berkala
11. Rujuk ke fasilitas kesehatan
VI. CEDERA JARINGAN LUNAK
Cedera jaringan lunak dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah luka. Luka adalah terputusnya keutuhan jaringan lunak baik diluar maupun didalam tubuh. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan dan lainnya sesuai dengan luas dan jaringan lunak yang terkena.
Klasifikasi luka dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Luka terbuka
Cedera ini paling sering ditemukan pada kasus kecelakaan dan paling sering menimbulkan perdarahan.
Jenis luka terbuka:
Luka lecet
Luka Sayat/Iris
Luka Robek
Luka tusuk
Luka sobek atau Avulsi
Amputasi
2. Luka tertutup
Cedera ini terjadi pada jaringan lunak tanpa disertai kerusakan kulit, dengan kata lain kulit penderita masih utuh, tidak ada hubungan antara bagian dalam tubuh dengan udara luar.
Jenis luka tertutup:
Memar
Hematoma (penumpukan darah dan lebih luas dari memar)
Cedera remuk
PENUTUP LUKA DENGAN PEMBALUT
Penutup luka adalah bahan yang diletakan di atas luka. Penutup luka oklusif atau kedap adalah bahan kedap air dan udara, mencegah keluar masuknya udara dan menjaga kelembaban organ tubuh. Penutup luka tebal (Bantalan penutup luka) setumpuk bahan penutup luka setebal kurang lebih 2 –3 cm.
Fungsi penutup luka:
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Fungsi pembalut:
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Jenis pembalut : Pembalut pita, segitiga, tabung dan penekan.
CEDERA SISTEM OTOT RANGKA
Secara umum cedera otot rangka dapat berupa:
1. Patah tulang
2. Kepala sendi atau ujung tulang keluar dari sendi (cerai sendi atau dislokasi)
3. Otot atau sambungan ototnya teregang melebihi batas normal.
4. Robek atau putusnya jaringan ikat disekitar sendi.
PATAH TULANG
Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab: Gaya langsung, Gaya tidak langsung dan gaya puntir.
Gejala dan tanda: Perubahan bentuk, nyeri kaku, terdengar suara berderik pada daerah patah, pembengkakan, memar, ujung tulang terlihat, sendi terkunci, gangguan peredaran darah dan persarafan.
Jenis: Patah tulang terbuka dan tertutup.
URAI / CERAI SENDI (DISLOKASI)
Adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya.
Penyebabnya: Karena sendi teregang melebihi batas normal, sehingga kedua ujung tulang menjadi terpisah, tidak pada tempatnya. Jaringan ikat sendi harus tertarik melebihi ambang gerakan normal dan mungkin sampai terobek.
Gejala dan tanda : Secara umum berupa gejala dan tanda patah tulang yang terbatas pada daerah sendi.
TERKILIR/KESELEO
Terkilir atau keseleo ada 2 macam yaitu:
a. Terkilir sendi/Sprain
Robeknya atau putusnya jaringan ikat sekitas sendi karena sendi teregang melebih batas normal.
Penyebab: Terpeleset, gerakan yang salah, sehingga menyebabkan sendi teregang melampaui gerakan normal.
Gejala dan tanda: Nyeri bengkak, bengkak, nyeri tekan dan warna kulit merah kebiruan.
b. Terkilir otot atau strain
Robeknya bagian otot pada bagian tendon atau ekor otot karena teregangmelebihi batas normal.
Penyebab: Umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu.
Gejala dan tanda: Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu, nyeri menyebar keluar disertai kejang dan kaku atau kaku otot, dan bengkak pada daerah cedera.
PEMBIDAIAN
Merupakan salah satu cara untuk merawat alat gerak yang menglami nyeri, bengkak dan perubahan bentuk adalah pembidaian. Dapat diartikan sebagai alat bantu untuk menghindari pergerakan (imobilisasi) melindungi dan menstabilkan bagian tubuh yang cedera.
Tujuan pembidaian:
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan
6. Mengurangi perdarahan.
Macam-macam Bidai:
1. Bidai Keras
2. Bidai yang dapat dibentuk
3. Bidai traksi
4. Gendongan/belat atau bebat
5. Bidai improvisasi
LUKA BAKAR
Definisi : luka bakar adalah semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang tinggi.
Penyebab luka bakar dapat dikelompokkan berdasarkan banyak cara.
PENGGOLONGAN LUKA BAKAR
Berdasarkan sumber panasnya:
• Termal (suhu > 60 C ) contohnya api, uap panas dan benda panas
• Kimia (asam/basa kuat) contohnya asam kuat, basa kuat atau soda api
• Listrik contohnya listrik rumah tangga atau kilat
• Radiasi contohnya sinar matahari dan bahan radio aktif
Berdasarkan kulit yang mengalami cedera:
1. Luka bakar derajat satu (permukaan). Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas (kulit ari atau epidermis)
2. Luka bakar derajat dua ( sedikit lebih dalam). Lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu
3. Luka bakar derajat tiga. Lapisan yang terkena tidak terbatas bahkan sampai tulang dan organ dalam.
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang menglami luka bakar dan lokasinya.
Menghitung luas luka bakar: satu kali telapak tangan sama dengan 1 %.
1. Luka bakar ringan
• Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas.
• Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% permukaan tubuh.
• Luka bakar derajat dua kurang dari 15% permukaan tubuh
• Luka bakar derajat satu kurang dari 50% permukaan tubuh
• Luka bakar derajat dua kurang dari 10% permukaan tubuh bayi/anak.
2. Luka bakar sedang
• Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat tiga antara 2% - 10% permukaan tubuh
• Luka bakar derajat dua antara 15% - 30% permukaan tubuh
• Luka bakar derajat satu lebih dari 50% permukaan tubuh
• Luka bakar derajat dua 10% -20% permukaan tubuh bayi/anak.
3. Luka bakar berat
• Luka bakar derajat tiga pada wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas
• Luka bakar derajat tiga di atas 10% permukaan tubuh
• Luka bakar derajat dua lebih dari 30% permukaan tubuh
• Luka bakar yang disertai nyeri, bengkak dan perubahan bentuk alat gerak
• Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai atau dada
• Semua luka derajat tiga yang lebih besar dari 20% bayi/anak.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam penghitungan derajat luka bakar:
1. Penyebab luka bakar
2. Daerah yang terkena
3. Faktor penyulit
PEMINDAHAN PENDERITA
Prinsip dasar memindahkan penderita adalah:
1. Jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu
2. Lakukan sesuai dengan teknik yang baik dan benar
3. Kondisi fisik penolong harus baik dan terlatih
Cara-cara pemindahan penderita:
Dengan 1 penolong : Tarikan lengan, Tarikan bahu, tarikan baju, Tarikan selimut, dan menjulang.
Dengan 2 penolong : Memapah, menggunakan tandu, dll.
Dengan 3 penolong : Teknik angkat langsung
Dengan 4 penolong : menggunakan tandu.
Jenis-jenis peralatan pemindahan penderita:
a. Tandu beroda
b. Tandu lipat
c. Tandu skoop
d. Tandu kursi
e. Papan spinal
f. Tandu basket
g. Matras vakum
h. Macam-macam tandu darurat
X. PERTOLONGAN PADA KORBAN BANYAK
Salah satu kejadian yang menantang bagi penolong adalah pertolongan korban banyak. Korban dapat dinyatakan banyak bila berjumlah sekurang kurangnya tiga atau jumlah korban melebihi tim penolong yang tiba pertama kali di tempat kejadian.
Peran penolong pada situasi korban banyak pada menit-menit awal situasi koraban banyak bagi penolong yang tiba pertama kali di lokasi kejadian:
1. Mendirikan posko atau tempat berkumpul
2. Menilai keadaan
3. Meminta bantuan
4. Mulai Melakukan triage
Penilaian keadaan dalam menghadapi kasus banyak hal yang paling sulit begi penolong adalah keinginan untuk menolong dalam arti turun tangan menangani tuntas keadaan korban. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penilaian keadaan:
• Keamanan tempat kejadian
• Jumlah penderita
• Perlu atau tidak tindakan ekstrikasi atau peralatan khusus
• Perkiraan jumlah ambulance yang diperlukan
• Faktor lain yang dapat mempengaruhi keadaan dan sarana
• Sektor yang diperlukan
• Tempat untuk staging seandainya diperlukan.
Triage dilakukan dengan cara memilih korban secara cepat dan menggolongkan kedalam satah satu dari empat kelompok yang ada:
Kelompok prioritas 1 prioritas tertinggi (merah) diberikan kepada korban dengan keadaan kritis seperti gangguan pernapasan, perdarahan yang belum terkendali atau besar, penurunan status mental atau respon.
Kelompok prioritas 2 (kuning) mereka yang memerlukan pertolongan dengan keadaan luka bakar tanpa gangguan saluran napas, nyeri hebat setempat atau nyeri pada lokasi alat gerak, termasuk bengkak,perubahan bentuk atau cedera punggung.
Kelompok prioritas 3 (hijau) prioritas terendah dengan kata lain dapat ditunda.Korban dapat berjalan, cedera ringan, dapat ditunda tanapa menjadi parah.
Kelompok prioritas 4 atau prioritas 0 meraka yang mengalami cederamematikan atau sudah meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar